Minggu, 10 Agustus 2008

BERCAHAYA DENGAN MARKETING.

EFEKTIFKAN STRATEGI KAMPANYE ANDA DENGAN CELEBRITY MARKETING.

by: Devy, Director of Dotcomm
www.dotekina.blogspot.com

Suatu malam diakhir pekan. Saya dan teman-teman sekantor yang doyan kongkow di wilayah jantung Nagoya, setelah menemukan tempat nongkrong yang asyik di pinggir ruas jalan Raden Patah sembari menyantap sate padang yang hangat dan pedas, akhirnya kami memutuskan untuk melewatkan sisa malam di sebuah pub dengan sajian live music yang terletak di lantai dasar sebuah hotel terkenal di kota Batam. Ada special party dengan bintang tamu sejumlah artis terkenal dari Jakarta. Begitu bunyi standing banner yang berada di samping pintu masuknya.

Saat kami memasuki ruangan pub yang berkapasitas sekitar 200 pengunjung tersebut, ternyata panggung masih kosong. Terdengar hentakan musik techno beat yang berasal dari booth yang terletak di sebelah kiri panggung. Sang residence DJ sedang asyik memainkan jemarinya di atas turn table. Kami lalu memilih meja di sudut ruangan. Andi, teman saya sibuk menggerak-gerakan badannya mengikuti irama. Tiba-tiba ia mendekatkan dirinya dan berbisik ke telinga saya. “Vi, ada Luna Maya di table ujung sana…” ujarnya sambil menunjuk ke arah sudut kiri, persis di dekat bartender.

Saya mencoba mencari sang bintang sesuai dengan arah yang dimaksud Andi. Tapi saya tidak dapat melihat dengan jelas. Pertama, karena jaraknya cukup jauh, sekitar 15 meter dari tempat dimana kami duduk dan terhalang oleh padatnya pengunjung. Kedua, karena lampu pub yang sengaja digelapkan karena ingin memperlihatkan canggihnya permainan tata cahaya, dengan moving head dan laser beam nya. Terus terang, secara samar-samar saya hanya melihat bayangan hitam di sana. Apalagi dengan penuhnya asap rokok berbaur dengan semburan dry ice yang tak henti-hentinya mempertegas efek lighting yang gemerlap.

“Kalau gelap begini, saya tidak bisa melihat jelas. Mungkin dia hanya mirip Luna Maya saja. Mungkin juga mirip buaya seperti lagu I Love U Bibeh nya the Changcuters yang ngetop itu…hahaha” ujar saya sambil tertawa tanpa bermaksud mengejeknya.
Andi bersikeras bahwa dia tidak salah lihat atau sedang berhalusinasi. Ia lantas menantang saya untuk taruhan, kalau benar itu Luna Maya, saya harus membayar semua bill kami. Dan jika bukan, Andi bersedia mentraktir kami semua. Saya langsung setuju. Mendadak lampu pub dinyalakan dengan terangnya. Dan sungguh ajaib, seolah mendengar isi pembicaraan kami, home band yang tampil langsung menghentak dengan opening song, I Love U Bibeh.

Di tengah lagu, sang vokalis tiba-tiba berteriak memanggil artis yang akan tampil malam itu. “Untuk host malam ini, kami panggil untuk naik ke stage….seorang model dan bintang film terkenal dari Jakarta, Luna Mayaaaaa !!!!”

Semua mata pengunjung, termasuk saya dan Andi melihat ke arah yang ditunjuk sang vokalis. Darah saya mendesir hebat. Bagaimana tidak? Arahnya persis seperti arah yang ditunjuk oleh Andi sebelumnya Saya mencoba mengira-ngira total bill yang harus saya handle malam ini. Andi melompat dan bersorak gembira di tengah gemuruh tepuk tangan pengujung. “Kamu bayar bill nya!!!!”

Tapi tarian kemenangan Andi sontak terhenti tatkala secara tiba-tiba seluruh pengunjung tertawa terbahak-bahak melihat sang model naik ke panggung dan lampu follow spot menerpa dengan amat terangnya. Ternyata dia Mpok Ati !!! Komedian senior yang berdandan dengan balutan celana jeans ketat berpadukan tank top berwarna hitam ala Luna Maya. Ini merupakan bagian dari candaan khas April Mop. Saya baru ingat hari itu tanggal 1 April, dan memang ada acara special party di situ. Malam yang berkesan buat seluruh pengunjung, dan buat Andi tentunya.

MARKETING ADALAH CAHAYA

Saya seakan-akan mendapatkan 2 pelajaran yang amat berharga di malam yang penuh gelak tawa itu. Pertama, kita jangan pernah berlaku sombong dalam hal apapun, terutama jika kita berada dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Apalagi mengambil suatu keputusan yang penting tanpa didukung oleh data-data akurat dan pertimbangan yang jernih. Kedua, kualitas seseorang, baik fisik maupun kepribadiannya, akan kita ketahui dengan jelas jika ada cahaya terang yang menerpanya sehingga kita dapat melihat dengan jelas sosoknya.

Seandainya tadi yang duduk di situ benar-benar Luna Maya sekalipun, dalam kegelapan seperti tadi, saya harap Andi tidak perlu mengajukan taruhan konyol seperti itu. Kita tak akan pernah tahu betapa cantiknya seorang bintang, jika ia duduk dalam gelap. Kecantikan hanya akan dapat dilihat jika ada cahaya terang.

Sebagai seorang praktisi di bidang marketing, saya sering mengambil beragam referensi para ahli marketing dari luar dan dalam negeri untuk memaknai ilmu marketing dalam bahasa yang mudah dicerna oleh klien kami nantinya. Saya melahap habis semua buku-buku Kotler, Al Ries dan Trout. Saya kerap mengikuti sejumlah seminar yang dibawakan secara piawai oleh Hermawan Kartajaya, Rhenald Kasali dan Tung Desem Waringin. Bahkan saya tak pernah absen untuk membaca buah pikiran Bang Jadi dan Bang Ippho di harian ini.

Dari sekian banyak teori dan studi kasus yang dipaparkan dengan beragam cara yang sangat menarik, setelah malam itu, saya malah mencoba ikut-ikutan mencontoh tematik hingar bingar Soundrenaline Batam 2008, Free Your Voice. Mohon bebaskan saya untuk ikut bersuara meramaikan definisi sesungguhnya dari jagad ilmu marketing ini. Saya ingat pesan dari kedua orang tua yang selalu mengatakan ilmu adalah cahaya bagi kegelapan. Secara sederhana, bagi saya ilmu marketing adalah cahaya bagi kehidupan.

Dalam dunia marketing, kampanye produk atau Product Campaign yang menggunakan semua media (above & below the line) saat ini menjadi sebagai salah satu cara efektif dalam menjangkau target market pada sebagian besar klien yang ingin mempromosikan produknya. Marketing membutuhkan kerja keras, kompetensi, komitmen waktu dan profesionalisme dari produsen untuk menjadikan produk andalannya menancap kokoh di top of mind konsumennya.

Dalam perkembangan lokal, Hermawan kerap mewanti-wanti pentingnya STP (Segmentation, Targeting dan Positioning), Reinald selalu mengajak kita untuk selalu bertindak segmented. Atau bahkan secara revolusioner Tung Desem malah menghamburkan uang sebesar Rp. 100.000.000,- dari atas pesawat terbang sembari mengingatkan sudah terlalu banyak uang dan waktu yang sudah kita buang dengan percuma dalam kegiatan marketing jika tidak dilakukan secara terarah dan terukur. Cahaya akan sangat berguna jika terarah dan terukur. Ibarat sinar laser, karena titik fokusnya yang tajam dapat digunakan menembus dinding baja setebal apapun. Marketing akan efektif jika kita fokus.

CALON LEGISLATIF BUTUH MARKETING

Suatu pagi, ketika saya bangun untuk sarapan bertemankan berita-berita terkini dari harian Batampos, saya tersenyum simpul membaca segmen Metro Society-nya. Ada sosok yang tiba-tiba “bercahaya” dengan “kegemerlapan” yang tak terhingga. Si Mahmot (namanya sangat mirip dengan tokoh Temberang nya Bang Nizar, tapi tenang saja, bukan die lah bang…) tertangkap kamera berulang kali sedang beraksi dan bergaya di sebuah desa tertinggal di salah pulau terpencil dari bumi segantang lada ini, dengan sejumlah keterangan dibawah photo-photonya. Mahmot sedang membagikan bibit pohon durian, Mahmot sedang makan durian, Mahmot sedang makan tempoyak dan Mahmot sedang makan lempuk serta Mahmot sedang tertidur pulas dibawah sebatang pohon durian. Padahal saat itu bukan lagi musimnya buah durian. Saat itu sedang musimnya kampanye pemilu.

Dalam hal kampanye partai politik, setiap partai terutama para Calon Legislatif (Caleg) peserta pemilu yang ingin menjalankan program kampanyenya, akan merasakan betapa pentingnya melakukan komunikasi melalui berbagai media sebagai bagian dari sebuah proses dan langkah dalam sebuah sistem yang terpadu dan dikelola untuk program kampanyenya. Tanpa strategi, tanpa target, tanpa positioning dan tanpa segmen, program kampanye hanya akan menghambur-hamburkan uang tanpa dapat diukur efektifitasnya.

Sebagian besar partai peserta pemilu tahun 2009, meski telah membentuk tim suksesnya masing-masing, namun tidak menyediakan tim yang secara khusus sanggup berjibaku melaksanakan program marketing terpadu. Padahal kebutuhan untuk marketing, disadari atau tidak adalah menjadi pendukung utama dalam sebuah program kampanye yang akan mempengaruhi sukses dan citra partai dalam kegiatan kampanye.

Hal yang paling mendasar dari sebuah program marketing kampanye partai sebenarnya terletak pada efektifitas dan efisiensi dari format program marketing-nya itu sendiri yang bersumber pada kreatifitas. Kreatifitas ini perlu juga ditunjang oleh penguasaan teknologi informasi yang sudah menjadi tuntutan seiring dengan berkembangnya daya apresiasi masyarakat.

Berangkat dari pemikiran tersebut diatas saat ini partai politik perlu melibatkan tenaga profesional untuk memproduksi serangkaian kegiatan kampanye yang bermutu dengan menggunakan media berkualitas yang selain efektif dan tentu saja efisien dalam pembiayaan program kampanye partai.

PILIH MEDIA YANG EFEKTIF DAN FOKUS PADA PROGRAM MARKETING

Saya kagum dengan intuisi Bang Socrates yang dengan cerdik mampu membaca market dengan menyediakan segmen Metro Society untuk Batampos nya. Ini salah satu contoh media yang sangat efektif untuk me-marketing-kan sang Caleg. Awalnya segmen ber-tag line First Class Society of Riau Island ini ditawarkan secara cuma-cuma kepada sejumlah klien tetap harian ini. Tapi jangan harap kita dapatkan hal itu sekarang, selain ada rate nya yang kian bergerak naik, kita malah harus antri. Bahkan terkadang terdapat 2 segmen yang sama dalam 1 hari terbit. Great !

Namun bagi saya, selain segmen tersebut diatas, banyak hal lain yang dapat dimanfaatkan dari harian ini, antara lain melalui iklan, advetorial, press conferences, atau liputan kegiatan bahkan karya tulisan seperti yang sedang anda baca saat ini.

Yang ingin saya ingatkan adalah efektifkan saja penggunaan seluruh media yang tersedia dalam program marketing kampanye anda. Hindari kegiatan “durian party” ala Bang Mahmot tadi karena akan menjadi kegiatan yang menghamburkan-hamburkan space yang tersedia, atau malah menghamburkan buah durian padahal sudah jadi tempoyak atau lempuk, yang meski sudah dikemas dalam berbagai cara, isinya yang ditampilkan tetap sama.

Saya hanya bingung memikirkan jika Tung Desem tahun depan malah akan melemparkan ratusan juta buah durian dari atas pesawat setelah membaca kisah Bang Mahmot tadi. Nanti beliau malah diwajibkan menanggung ongkos pengobatan dan kerusakan rumah warga. Sama seperti ibanya melihat Andi yang harus membayar bill kami pada malam itu.

Secara ekstrim, saya juga menganut suatu asas pelaku periklanan di masa lalu yang mengatakan If it moves, it’s media. Semua barang yang dapat bergerak adalah media kita untuk ber-marketing ria. Maka tidak mengherankan, pada awal sejarahnya iklan yang efektif untuk me-marketing-kan produk adalah gerobak sapi. Dan kini banyak mobil yang di-air brush atau ditempeli stiker logo partai.

Dan kini, jangan heran jika bendera dan umbul-umbul partai, yang bergerak melambai-lambai jika tertiup angin, menjadi logistik utama dalam program kampanye semua partai politik. Maka terpaksalah Bapak Ahmad Dahlan dan Ibu Tatik kerap mewanti-wanti agar setiap partai kontestan senantiasa memperhatikan faktor keselamatan dan jalur hijau dalam hal pemasangannya. Atau keponakan saya yang belum dapat tercatat sebagai pemilih, malah membawa pulang beragam kaos berwarna-warni dengan logo partai yang berbeda setiap harinya. Beberapa bulan kedepan, hidup kita memang akan selalu berwarna-warni dalam arti kata yang sesungguhnya. Merah, kuning, hijau dilangit yang biru…..

Atau yang lebih ekstrim lagi, meski bukan barang bergerak namun dapat terlihat bergerak, adalah menjadi media efektif yang tentu saja lebih mahal biaya produksinya. Tidak ada yang dapat menandingi kemampuan televisi dalam hal ini. Teknologi multimedia seperti internet bahkan blog maupun jasa kirim SMS juga telah dimanfaatkan secara meluas untuk kegiatan marketing.

Jika anda berada di barisan paling depan yang berhenti di traffic light Simpang Jam dari arah Bandara Hang Nadim Batam, anda akan melihat sebuah baliho berukuran raksasa berisikan iklan salah satu produk rokok terkenal. Dan jika anda mengambil arah lurus ke arah Baloi, baliho akan terlihat dari kaca depan mobil anda seolah layar bioskop tepat berada dihadapan anda selama lebih kurang 30 detik. Kabarnya, itulah space iklan termahal yang ada di Batam. Hal yang sama akan anda temui di jembatan Kuningan dari arah Menteng, Jakarta Pusat. Mata anda akan sangat terfokus pada media iklan tersebut. Program marketing para Caleg harus fokus !

Fokus harus dari segala hal. Yang paling penting adalah pilihlah kendaraan politik anda yang tepat. Kemudian pilih Daerah Pemilihan (Dapil) yang tepat, pilih media yang tepat dan pilih tim sukses yang tepat. Kalau perlu pakai konsultan marketing. Banyak partai yang kemudian menunjuk konsultan yang telah memiliki pengalaman khusus di bidang marketing. Program outsourcing ini telah ditempuh oleh Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa dan partai-partai baru lainnya sejak pemilu di era reformasi.

CELEBRITY MARKETING UNTUK CALEG

Konsep celebrity marketing juga kerap dipakai oleh sejumlah partai besar untuk mendatangkan crowd (masa) dalam jumlah yang besar. Tak jarang kini banyak artis terkenal yang didaulat untuk jadi Caleg. Kalau saja Agnes Monica atau Luna Maya mau jadi Caleg, pasti banyak partai yang akan memperebutkannya. Maklum saja, Agnes dan Luna adalah endorser produk yang paling fantastis nilai kontraknya di Indonesia saat ini.

Saya sangat menyayangkan banyak Caleg di sini tidak jeli memanfaatkan keberadaan Soundrenaline Batam 2008 beberapa saat yang lalu. Ada sekitar seratus artis dan lima puluh ribuan calon pemilih di situ yang tidak anda sentuh. Cara menyentuhnya tentu saja harus dengan cara yang smart pula. Salut buat jajaran Pemko Batam yang berani memanfaatnya dengan me-launch Visit Batam 2008 di event akbar tersebut.

Bayangkan saja, jika malam itu anda berada di lapangan parkir Tumenggung Abdul Jamal, berdiri diatas panggung dan berangkulan dengan Pasha Ungu, bertatapan dengan 50 ribu penggemarnya sambil menyanyikan lagu Andai Ku Tahu. Dan jika hanya 10% saja dari mereka yang bersimpati dan mencoblos anda di pemilu tahun 2009. Anda akan melenggang santai meraih sukses !

Bahkan seorang calon presiden seperti Susilo Bambang Yudoyono sanggup menjadi peserta Akademi Fantasi Indosiar demi meraih suara dari segmen generasi muda mengingat acara reality music show tersebut ditonton oleh jutaan pasang mata di seluruh Indonesia. Contoh yang paling nyata lainnya adalah Dede Yusuf dan Rano Karno yang sukses mendokrak pasangannya di sejumlah Pilkada. Bintang film ganteng Primus Yustisio didaulat untuk menjadi calon Bupati Subang. Presenter Helmi Yahya menjadi calon wakil gubernur terkaya saat ini. Bahkan penyanyi dangdut Saiful Jamil ikut-ikutan dipasangkan untuk jadi wakil walikota. Ini didukung oleh maraknya program acara infotainment dihampir seluruh stasiun televisi kita. Tiap jam, sejak dari pagi hingga tengah malam mata kita akan “dipaksa” untuk fokus melihat ulasan infotainment yang hampir seragam isinya itu.

Memanfaatkan kepopuleran selebriti lewat acara pentas musik atau jumpa penggemar dapat dilakukan, tapi harus dengan hati-hati karena perilaku dan imej sang artis akan mempengaruhi sang Caleg. Pemilihan langsung menghasilkan sebuah konsekuensi bahwa seorang Caleg harus sangat populer di mata konstituennya.

Sederhananya, seorang Caleg harus punya fans yang loyal. Kader partai harus mendapatkan kesempatan untuk diekspos di muka publik sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan setiap event yang ada dalam kampanye. Celebrity Marketing adalah tren konsep efektif dalam pelaksanaan kampanye politik jika didukung oleh event yang menarik dan pemilihan artis yang tepat serta diorganisir secara profesional.

Jangan sampai kita hanya menghambur-hamburkan uang tanpa terkendali. Apalagi dengan modal pas-pasan, karena meskipun berhasil duduk di lembaga legislatif nantinya harus mengembalikan “modal usaha”. Bukannya mensejahterakan rakyat, malah jadi mafia seperti yang sudah-sudah, seperti yang pernah digosipkan oleh grup band Slank itu. Saya sedih membayangkannya. Sama seperti sedihnya raut wajah Andi saat membuka dompetnya ketika harus membayar bill kami yang jumlahnya jutaan pada malam itu. Untung saja kejadiannya tidak di keremangan pub lantai dasar Ritz Carlton Jakarta sehingga tidak ditangkap KPK. Dalam keremangan semua bisa saling curiga.

Marketing adalah cahaya. Dalam kegelapan tanpa cahaya, kita hanya akan semakin terpuruk dan tenggelam dalam hitamnya kenistaan. Semoga PLN menyadarinya dengan sepenuh hati sehingga tidak perlu berganti nama menjadi Perusahaan Lilin Nasional.

Dalam pesta demokrasi nantinya, semua mata harus fokus untuk dapat melihat dengan terang benderang. Dengan cahaya marketing, semoga para Caleg tidak lagi gelap mata dengan buang-buang uang atau buang-buang durian seperti Bang Mahmot tadi. Dan rakyat tidak lagi asal memilih “durian busuk dalam karung”. Karena kita rakyat Kepri butuh “durian” yang berkualitas terbaik, bukan sekedar menjadi selebriti seperti Mpok Ati atau Luna Maya….atau malah mendapatkan buaya, yang doyan makan durian sekaligus dengan kulitnya….

Untuk Bang Mahmot. Jangan buang kulit duriannya. Sampai nanti kita ketemu untuk apa gunanya. Entah kapan.